Sunday, 20 February 2011

Gene Patent & Bio-Capitalism

dna (source: mitoaction.org)

Tulisan ini merupakan oleh-oleh dari acara 'nge-date' hari ini [baca : pertemuan, ngobrol, atau diskusi]. Sebuah topik menarik yang cukup aktual dan cukup penting untuk kita simak, tentang paten khususnya pada produk-produk riset di bidang bio-teknologi. Materi ini disiapkan dan disampaikan oleh seorang senpai saya, Cahyo Budiman, kandidat doktor dari Osaka University, Jepang. 

Berikut abstract dari makalah yang disampaikan, karena males memparafrasekan & nulis lagi jadi saya posting 'mentah-mentah' sesuai aselinya :

Gen Paten dan Biokapitalisme

Cahyo Budiman*

Abstrak

Bulan ini tepat satu dekade Human Genome Project (Proyek Genom Manusia) purna pasca diumumkan 15 Februari 2001 lalu. Keberhasilan ilmuwan mensekuens gen pada manusia menyisakan masalah besar pada isu hak paten atas gen (gene war) yang hingga kini masih penuh dengan perdebatan. Hingga tahun ini, tidak kurang dari 20% gen manusia sudah dipatenkan yang berakibat (salah satunya) pada isu-isu biaya kesehatan. Pada satu sisi, dibukanya peluang paten terhadap gen merupakan bentuk insentif bagi para peneliti, membuka peluang lebih besar dalam berbagi informasi dan inovasi di antara peneliti, dan mereduksi duplikasi riset yang sama. Sementara skeptisme terhadap paten muncul dengan berbagai alas an ilmiah, etik, dan ekonomi. Dari sisi ekonomi, sistem paten saat ini menyebabkan biaya akses dan penggunaan informasi yang sangat besar sehingga secara ekonomi memberatkan publik secara luas. Fakta bahwa tingginya biaya kesehatan (terapi gen, obat-obatan, deteksi kanker, dan sejenisnya) merupakan fakta yang diusung para penentang gen paten. Inilah yang dikenal dengan istilah biokapitalisme (Shenk, 1997; Candlish, 2002). Sementara di sisi lain, banyak fakta yang menujukkan bagaimana pekembangan bioteknologi yang melaju pesat juga tidak lepas dari “intensif” paten (kasus pada Genentech, Monsanto, Eli Lily, dan sebagainya). Kajian ini mencoba memberikan gambaran perang paten gen yang terjadi saat ini disertai dengan uraian singkat bagaimana hak paten diatur dalam syariah. Diharapkan gambaran tersebut bisa menjadi pointer diskusi lebih mendalam tentang bagaimana negara semestinya berperan dalam melindungi masyarakat dari efek negatif biokapitalisme tersebut dengan tetap menjaga ritme kencang riset di bidang ini.


Kata kunci: gen, paten gen, biokapitalisme

Tentu materi yang disampaikan lebih lengkap dan menarik dari sekedar abstrak di atas, berbagai pertanyaan dan komen yang muncul selama acara 'nge-date' berlangsung juga amat menarik, seperti : Dilema antara kebutuhan dana yang besar untuk melakukan riset (misal) di bidang bioteknologi vs. hak masyarakat untuk mendapatkan akses yang mudah dari hasil riset itu sebagai solusi bagi masalah kesehatan, peningkatan produksi pertanian, dll; Patent sebagai salah satu stimulus yang meng-encourage peneliti untuk melakukan risetx2 berkualitas; siapa yang sesungguhnya paling diuntungkan dengan sistem per-patent-an yang saat ini ada?; Peran serta pemerintah dalam mendukung pengembangan riset dan di saat bersamaan memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan hasil riset tersebut; Bagaimana patent jika dipandang dari kacamata syariah islam serta bagaimana para akademisi, peneliti mesti bersikap dengan kondisi aktual saat ini; serta berbagai diskusi menarik lain ... ingin tahu selengkapnya? Silakan tunggu edisi lengkapnya yang akan segera diterbitkan bersama beberapa artikel menarik lainnya, insya Allah dalam waktu dekat ini. [ZA]

2 comments:

  1. kapitalisme sepertinya beranak pinak. setelah membaca artikel ini saya teringat dengan sebuah artikel yang pernah saya buat saat tingkat empat dulu tentang terapi gen. tapi sayangnya saya tidak membahas masalah ekonomi, dalam arti pure bioteknologi :D.

    bolehlah baca kelanjutan hasil ngedate-nya

    ReplyDelete
  2. Nantikan ulasan lengkapnya ya neng ... Keren dah, emang senpaiq yg ini keren pisan, ini sy juga sedang berjuang untuk menyamai 'maqom' dia hehehe .... =P juga artikel lainnya yg ndak kalah maknyuss juga, salah satunya ditulis oleh pemenang lomba essay yg diadakan IDB (islamic development bank). Wah mulai terasa menyenangkan di sini, banyak teman 'bermain' ... Hehehe

    ReplyDelete