Sunday 2 January 2011

Mencintai Diri Sendiri dengan Sesungguhnya Cinta

Mencintai diri sendiri? ... Terdengar amat egois. Namun itu adalah awal dari kebaikan. Setidaknya itulah sebuah pelajaran yang disampaikan Pak Jalaludin Rahmat dalam sebuah acara di salah satu stasiun TV Nasional pagi ini. Dalam paparannya ia mengutip sebuah kisah tentang seorang sahabat, Salman Al Farisy. Suatu ketika ia diminta merangkum pelajaran-pelajaran hidup yang diajarkan Rasulullah dalam sebuah kalimat sederhana. Lalu salman dia menyampaikan, " Untuk mencintai Allah, mulailah dengan mencintai orang yang paling dekat dengan dirimu". Siapakah orang yang paling dekat dengan kita? ... Ibu, Bapak, Saudara, Sahabat, Suami, Istri, atau ...? Mereka boleh jadi adalah orang-orang dekat kita. Namun yang pasti orang yang paling dekat dengan kita tidak lain dan tidak bukan adalah diri kita sendiri!


Sering kita dengar orang yang jatuh cinta mengobral kata-kata indah bahwa dia sanggup melakukan apa saja untuk orang yang dicintainya. Tak seorangpun tahu seberapa besar rasa cintanya (yang sesungguhnya) plus kesungguhan mereka. Namun yang pasti rasa cinta kita pada diri kita sendiri demikian besar. Tidak percaya? coba dengan jujur bertanyalah pada diri kita masing-masing. Bahkan keimanan kita pun belumlah sempurna hingga kita bisa mencintai orang lain sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri. Tidak tanggung-tanggung CINTA kepada DIRI SENDIRI, dijadikan standar dalam mengukur kecintaan kita kepada orang lain dan itu menentukan KESEMPURNAAN iman kita.

Rasa cinta setidaknya bisa hadir dalam dua wujud, harapan agar terhindar dari keburukan-keburukan dan terwujudnya kebaikan-kebaikan pada orang yang kita cintai. Dalam konteks mencintai diri kita sendiri, tentu kita tidak ingin bahwa diri kita jatuh pada kehinaan, kemalangan, penderitaan. Tidak ada kehinaan lebih besar daripada kehinaan dalam pandangan Allah SWT. Tidak ada kemalangan dan penderitaan melebihi adzab dan siksa Allah atas pembangkangan dan kemaksiatan yang kita lakukan. Sebisa mungkin tentu kita akan menjauhinya. Kita akan berusaha menahan hawa nafsu kita agar tidak terjerumus ke dalam kemaksiatan. Kita tidak akan mengambil sesuatu yang bukan milik kita. Kita tidak akan menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan-tujuan semu dalam hidup kita. Dan pastinya orang lain pun akan terselamatkan dari kejahilan dan perilaku buruk kita. Di sisi lain demikian banyak kebaikan, kebahagiaan dan kenikmatan yang Allah janjikan tatkala kita hidup dengan mengikuti jalan yang lurus yang telah Dia tunjukkan. Kita tentu akan berupaya, bekerja keras dan sungguh-sungguh untuk meraihnya. Kita tentu tidak akan ragu-ragu untuk menginvestasikan hidup kita untuk sebuah kebahagiaan yang hakiki dan itu pasti.

Terdengar selfish namun saya setuju bahwa mencintai diri sendiri bisa menjadi titik awal untuk menghindari keburukan-keburukan dan mendorong kita melakukan kebaikan-kebaikan dan pada akhirnya menghantarkan kita pada puncak segala kebaikan, yakni keridhoan Allah SWT. Sungguh ketika kita melakukan tindakan aniaya tidak lain sesungguhnya kita telah menganiaya diri kita sendiri. Sebaliknya ketika kita melakukan kebaikan yang boleh jadi itu seolah untuk orang lain, pada hakikatnya kebaikan itu adalah untuk diri kita sendiri. So, mari belajar mencintai (setidaknya) diri kita sendiri dengan sesungguhnya cinta.(ZA).

No comments:

Post a Comment